Berita Pilihan
Rabu, 20 Juni 2012 02:00 |
beredar kabar bahwa Crossback Ventures Ltd. sedang mengumpulkan saham PT Tirta Mahakam Resources Tbk. (TIRT) untuk menambah porsi kepemilikannya sebesar 10%.
TIRT, perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu dikabarkan mencetak laba bersih yang meningkat tajam 85% pada laporan keuangan semester awal 2012. Hal ini disebabkan oleh permintaan ekspor, terutama ekspor ke beberapa negara di Asia yang bertambah cukup signifikan selama setengah tahun 2012 ini.
Mengingat kinerja yang dinilai sangat baik ini, maka Crossback Ventures Ltd. sebagai salah satu pemegang saham mayoritas dalam TIRT, dikabarkan sedang melakukan aksi beli secara langsung di pasar dengan target price di level Rp 200 per lembarnya. Dengan demikian kemungkinan besar harga TIRT akan mendekati level Rp 200 dalam waktu dekat ini
Saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dikabarkan akan dikerek hingga ke level Rp 1.500 dalam waktu dekat terkait rencana perseroan melakukan private placement.
Menurut salah satu pelaku pasar, saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) itu akan diserap oleh investor asal Jepang.
"Dananya akan digunakan untuk mengakuisisi lahan di Banten, untuk pengembangan kawasan industri," kata si pelaku pasar tersebut |
Selasa, 19 Juni 2012 00:53 |
Salah satu perusahaan baja yang berkedudukan di China dikabarkan sedang “mengumpulkan” saham PT. Saranacentral Bajatama (BAJA) melalui pembelian langsung di pasar.
Ketertarikan utama investor asing membeli BAJA disebabkan oleh kemampuan BAJA mencetak laba bersih yang bertambah tahun ini, seiring meningkatnya penjualan ekspor korporasi ke beberapa negara di Asia, khususnya China.
Menurut berita yang beredar, hingga pertengahan 2012 ini, laba bersih BAJA telah meningkat sedikitnya 100%, dibandingkan nilai laba bersih pada pertengahan 2011 lalu. Diperkirakan oleh salah satu pelaku pasar, target pembelian pihak asing untuk saham BAJA berada pada level Rp 500.
Ditambahkan pula, sebelum memutuskan untuk membeli secara langsung di pasar, pihak asing telah melakukan negosiasi dengan pihak korporasi untuk melakukan pembelian secara tender. Namun antara pihak korporasi dengan pihak investor asing belum menemukan kata sepakat, sedangkan pihak investor asing tidak ingin membuang waktu untuk masuk dalam portfolio kepemilikan BAJA.
PT Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT) tidak akan membagi dividen dari laba bersih tahun buku 2011 sebesar Rp2,3 miliar. Perseroan menggunakan Rp1,5 miliar untuk kegiatan operasional.
Demikian hasil RUPS Tahunan perseroan, Senin (18/6/2012). "Laba bersih dimanfaatkan untuk kegiatan perseroan," kata Prianto Paseru, Direktur Utama PT Nusantara Inti Corpora Tbk di Jakarta, Senin (18/6/2012).
Tahun 2011 lalu, perseroan yang bergerak di bidang jasa perantara perdagangan surat-surat berharga, meraih laba bersih sebesar Rp2,33 miliar dari laba bersih Rp1,59 miliar di tahun sebelumnya. Namun kinerja pendapatan turun jadi Rp103,22 miliar dari Rp113,35 miliar.
Dari laba tersebut, perseroan menggunakan dana sebesar Rp400 juta untuk dana cadangan. Sementara sisanya digunakan sebagai laba ditahan dan untuk operasional perseroan |
Jumat, 08 Juni 2012 01:47 |
PT Intanwijaya Internasional Tbk (INCI) diperkirakan akan membukukan laba yang meningkat dua kali lipat hingga pertengahan tahun ini.
Para pengamat memprediksi peningkatan laba fenomenal didapat dari keberhasilan INCI menggenjot penjualan ekspor ke beberapa negara di Asia, khususnya China dan Singapura.
Salah satu pengamat mengatakan bahwa dalam semester awal tahun, perusahaan industri kimia dasar ini telah sukses mencatatkan pertumbuhan nilai penjualan sekitar 250%. Dengan peningkatan ini, diperkirakan keuntungan hingga akhir semester tahun ini akan naik sedikitnya 200% jika dibandingkan dengan laba semester awal tahun lalu.
Lebih lanjut dikatakan bahwa target harga INCI akan mencapai Rp 500 per lembarnya sebelum menutup semester pertama 2012. |
Kamis, 07 Juni 2012 01:49 |
Baru-baru ini beredar kabar bahwa dalam waktu dekat Conic Ventures Ltd. akan menambah porsi kepemilikannya di PT Multi Prima Sejahtera (LPIN) melalui pembelian langsung di pasar.
Dengan penambahan porsi kepemilikan, Conic Ventures Ltd. diprediksi akan memiliki sekitar 10% saham LPIN dan berencana akan mengekspansi bisnis perseroan.
Beberapa rencana ekspansinya adalah penambahan beberapa line produksi baru di fasilitas pabriknya dan peremajaan mesin-mesin lama pada lini produksinya. Selain itu, rumor juga menyebutkan adanya ketertarikan korporasi untuk mengembangkan area bisnis di bidang penyediaan bahan kimia industri.
Mengenai proyeksi peningkatan pendapatan tahun ini, pelaku pasar optimis menetapkan pada level sedikitnya 30%.
Untuk melakukan refinancing, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) akan melepas saham perseroan ke publik sebesar 10%, dengan harga pelaksanaan saham baru di sekitar Rp185 per saham.
Dengan non-pre emptive right issue tersebut, ENRG akan dapat menjaga rasio DER di level 0.9. ENRG juga berniat untuk menerbitkan obligasi global senilai US$ 600 juta.
Sisa dana obligasi serta right issue akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan, serta pendanaan capital expenditure/capex 2012. |
Senin, 28 Mei 2012 01:51 |
Muncul kabar dari Ricky Putra Globalindo (RICY), dimana salah satu investor asing dalam daftar pemegang saham mayoritasnya, akan menambah porsi kepemilikannya.
Rencana salah satu pemegang saham mayoritas RICY ini dikabarkan membuat beberapa fund manager dari Singapura tertarik untuk ikut membeli saham RICY. Beberapa fund manager ini salah satunya adalah fund manager terbesar untuk wilayah Asia Pasifik.
Ketertarikan ini disebabkan oleh kemampuan perusahaan menunjukkan hasil kinerja yang baik dan dengan pertimbangan harga yang masih rendah.
Lebih lanjut dikatakan bahwa harga wajar dari RICY diperkirakan berada pada level Rp 500 per lembarnya. Dengan demikian beberapa fund manager ini akan mengumpulkan saham RICY hingga level harga Rp 500 per lembar.
PT Langgeng Makmur Industri (LMPI) akan memperluan pabrik demi mengantisipasi tingginya permintaan menjelang Lebaran.
Menjelang pertengahan tahun ini, permintaan akan produk plastik dan rumah tangga yang dihasilkan LMPI melonjak signifikan. Lonjakan permintaan ini datang dari konsumen dalam negeri dan luar negeri.
Dari dalam negeri, permintaan produk plastik dan rumah tangga bertumbuh sebesar 37%. Sedangkan dari luar negeri, konsumen menyumbang pertumbuhan permintaan sebesar 18% hingga akhir April tahun ini.
Untuk mengantisipasi permintaan yang diperkirakan akan semakin melonjak menjelang Lebaran, maka pihak LMPI akan memperluas lahan pabrik dan menambah jalur produksinya. Dengan perluasan ini, kapasitas produksinya akan meningkat dari 40 ribu ton per tahun menjadi 60 ribu ton per tahun.
Target harga saham LMPI akan mencapai Rp 500 per lembar. Salah satu investor asing pemilik saham LMPI ditengarai sedang merencanakan untuk menyuntik dana segar kepada LMPI untuk rencana perluasan pabriknya itu. |
|
Kamis, 24 Mei 2012 01:52 |
PT Langgeng Makmur Industri (LMPI) akan memperluan pabrik demi mengantisipasi tingginya permintaan menjelang Lebaran.
Menjelang pertengahan tahun ini, permintaan akan produk plastik dan rumah tangga yang dihasilkan LMPI melonjak signifikan. Lonjakan permintaan ini datang dari konsumen dalam negeri dan luar negeri.
Dari dalam negeri, permintaan produk plastik dan rumah tangga bertumbuh sebesar 37%. Sedangkan dari luar negeri, konsumen menyumbang pertumbuhan permintaan sebesar 18% hingga akhir April tahun ini.
Untuk mengantisipasi permintaan yang diperkirakan akan semakin melonjak menjelang Lebaran, maka pihak LMPI akan memperluas lahan pabrik dan menambah jalur produksinya. Dengan perluasan ini, kapasitas produksinya akan meningkat dari 40 ribu ton per tahun menjadi 60 ribu ton per tahun.
Target harga saham LMPI akan mencapai Rp 500 per lembar. Salah satu investor asing pemilik saham LMPI ditengarai sedang merencanakan untuk menyuntik dana segar kepada LMPI untuk rencana perluasan pabriknya itu.
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) akan melepas saham perseroan ke publik sebesar 10%, dengan harga pelaksanaan saham baru di sekitar Rp185 per saham.
Dengan non-pre emptive right issue tersebut, ENRG akan dapat menjaga rasio DER di level 0.9. ENRG juga berniat untuk menerbitkan obligasi global senilai US$ 600 juta. |
Rabu, 16 Mei 2012 01:54 |
Beredar kabar bahwa Nippon Steel Corporation akan membeli sebagian besar saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL).
Pembelian akan dilakukan di market dan melalui tender dengan target harga beli di level Rp 400. Rencana ini akan direalisasikan secepatnya oleh pihak Nippon Steel.
Nippon Steel berminat membeli saham NIKL, setelah kinerja korporasi semester awal 2012 dinilai sangat baik dan pihak asing ingin menambah jalinan kerjasama yang lebih erat dengan NIKL.
Di tengah kondisi market global yang sedang bergejolak, serta harga komoditi yang bergerak cukup volatile pada saat ini, pihak NIKL optimis tetap akan mencapai laba usaha yang tumbuh kira-kira 25% tahun ini. Beberapa investor strategis dalam negeri dikabarkan ikut mengumpulkan saham NIKL hingga menyentuh target harganya di Rp 400.
Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) berpotensi menuju level Rp3.250 dalam waktu dekat.
Perseroan dikabarkan akan melakukan buyback saham di pasar. Untuk laba 2011, perseroan juga akan membagi dividen Rp175 per saham pada bulan depan. |
Selasa, 15 Mei 2012 01:56 |
Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) berpotensi menuju level Rp3.250 dalam waktu dekat.
Perseroan dikabarkan akan melakukan buyback saham di pasar. Untuk laba 2011, perseroan juga akan membagi dividen Rp175 per saham pada bulan depan
Penggabungan dua BUMN farmasi antara PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dengan PT Indofarma Tbk (INAF) dilakukan dengan menggabungkan usahanya. PT Kimia Farma Media jadi nama barunya.
"Merger Kimia Farma dengan Indofarma itu sebenarnya penggabungan industrinya. Namun indofarma tetap menjadi anak perusahaan walaupun industrinya digabungkan," ungkap Dirut PT Kimia Farma, Tbk Syamsul Arifin dalam acara public expose di Jakarta, Senin (14/5/2012)
Oleh karenanya Syamsul memastikan dua perusahaan ini diakuisisi dengan metode share swap. "Jadi nanti namanya Kimia Farma Medika," terang Syamsul Arifin.
Menurut Syamsul, perseroan juga akan melakukan penawaran umum terbatas (right issue) bersamaan dengan akuisisi Indofarma. Menanggapi hal itu, Syamsul meyakini bisa melakukan right issue dengan size yang lebih besar dari yang disetujui oleh pemerintah sebesar 20% setelah merampungkan akuisisi Indofarma. |
Jumat, 11 Mei 2012 01:45 |
Holding company dari PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dikabarkan akan segera mengucurkan dana untuk INCO, agar bisa segera memulai produksi di lahan tambangnya baru di daerah Bohodopi, Sulawesi Selatan.
Pihak asing yang berkedudukan di Kanada ini tidak segan-segan akan mengucurkan dana sebesar US$ 150 juta atau senilai lebih kurang Rp 1.38 triliun untuk tambang baru ini.
Diperkirakan dari lahan baru ini, INCO dapat memproduksi nikel sekitar 30 ribu metrik ton per tahunnya. Jumlah ini akan dapat menutupi kekurangan produksinya dalam memenuhi kebutuhan konsumer yang mencapai 72 ribu metrik ton pada 2012 ini.
Pihak manajemen perusahaan menjelaskan bahwa dana yang diberikan akan digunakan untuk segera memulai tambang baru. Selani memperbaiki salah satu tungku pembakarannya yang rusak. Dengan rencana ini, ke depannya diharapkan INCO dapat kembali bergerak agresif dan menjadi salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia.
Salah satu pelaku pasar memprediksi harga saham INCO akan bergerak positif hingga mencapai target di level Rp 4000. |
|
|
<< Mulai < Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Berikutnya > Akhir >>
|
Halaman 6 dari 52 |
|
|