Analisa Pasar
|
Senin, 15 Agustus 2016 01:49 |
Di tengah pemulihan pertumbuhan industri yang masih belum stabil, penjualan semester pertama 2016, PT United Tractors Tbk (UNTR) mencapai 52,6% dari konsensus 2016 atau lebih baik dari 50,6% (2016) dan laba 42.,% dari proyeksi 2016 dan 39,8% konsensus.
Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi menuturkan UNTR membutuhkan hanya sekitar Rp20,35 triliun pada semester kedua tahun ini (lebih rendah dari proyeksi SSI Rp21,88 triliun) untuk mencapai perkiraan penjualan Samuel pada tahun ini (Rp42,9 triliun).
"Kami juga berharap tanpa kehadiran forex loss yang signifikan enam bulan terakhir pada tahun ini, perusahaan akan mampu mencapai laba sebesar Rp1,79 triliun, atau jauh di bawah ekspektasi konsensus Rp2,53 triliun," ujar Akhmad.
Ia percaya lonjakan harga batubara acuan (HBA) dunia yang sempat menyentuh US$67 (1/8) tidak akan stabil.
Di sisi lain, ekspektasi pertumbuhan konsumsi batu bara domestik sebagai akibat naiknya kebutuhan coal power-plant kedepannya kami lihat akan memberikan benefit pada kinerja segmen bisnis batu bara UNTR. Pemerintah menargetkan penambahan sekitar 20giga watts coal-fired power-generation hingga 2019.
Indonesia Coal Association memperkirakan kebutuhan konsumsi akan melonjak sekitar 92% atau sekitar 19% CAGR.
"Selain nilai weighting terhadap JCI yang tinggi, kami juga menyukai UNTR atas kemampuannya menjaga posisi net cash dan solidnya pertumbuhan arus kas di tengah perlambatan aktivitas industri," paparnya.
Dukungan pertumbuhan jangka panjang, ia melihat akan didorong oleh pertumbuhan segmen bisnis baru. PT Acset Indonusa Tbk yang diakuisisi pada 2015 tumbuh 73% pada semester pertama tahun ini dan berkontribusi pada pendapatan UNTR 4,18% (FY15 sekitar 2,75% dan 2016 sekitar 4,2%).
"Kami memberikan sudut pandang yang lebih positif pada pertumbuhan UNTR ke depannya dan melakukan roll over pada dasar valuasi kami ke tahun 2017," ujarnya.
Resiko terletak pada laju rupiah yang semakin menguat, perbaikan aktivitas sektor batu bara di bawah ekspektasi, serta perbaikan tersebut akan mendorong penggunaan machineries yang idle dan bukan pada permintaan mesin baru |
Kamis, 30 Juni 2016 06:19 |
Untuk tetap menjaga profitabilitas, saat ini PT Indo Tambangraya MegahTbk (ITMG) tengah melakukan efisiensi biaya.
Analis Samuel Sekuritas Sharlita Malik menjabarkan rata-rata harga penjualan (ASP) batubara pada tahun ini cenderung menurun karena melemahnya permintaan ekspor batubara China.
Ia memperkirakan permintaan batubara China masih akan mengalami penurunan sekitar 20 juta ton ( turun 10% YoY) sampai 2016. Penurunan permintaan dari China memukul produsen batubara Indonesia, termasuk ITMG, sebab sebagian besar permintaan ekspor batubara ITMG berasal dari China.
"Kondisi tersebut berdampak pada rata-rata harga jual (ASP), membuat kami mengasumsikan ASP untuk ITMG terjadi penurunan hingga akhir 2016. Kami memperkirakan ASP perusahaan berada di level US$48 per ton (turun 17,5% YoY)," ujar Sharlita melalui risetnya edisi Juni 2016.
Sampai saat ini, ITMG telah melakukan kontrak harga dengan 57% adalah fixed price (yaitu berada di level US$47-48), 14% indexed price, dan 7% dalam kondisi unpriced. Sisanya atau sekitar 22% diperkirakan unsold.
Menurunnya ASP tersebut, ia memproyeksikan marjin EBIT akan turun dari 12% menjadi 7,6% pada 2016.
"Sampai saat ini, kami belum melihat kemajuan adanya upaya ekspansif pada ITMG. Tetapi perusahaan tengah melakukan akuisisi aset batubara untuk menambah reserve, serta mulai berekspansi di bisnis pembangkit listrik," katanya.
Ia memperkirakan ITMG akan kembali melakukan pemangkasan biaya hingga akhir 2016, salah satunya dengan menurunkan stripping ratio (rasio pengupasan), pada 2016.
Di sisi lain, ITMG diuntungkan dengan adanya penurunan bahan bakar menjadi US$0,33 per liter (turun 42% QoQ). Mengingat adanya penguatan dari harga minyak manajemen berharap kenaikan bahan bakar tidak lebih dari US$0,41/liter pada kuartal II 2016.
"Hingga akhir 2016 kami perkirakan harga rata-rata bahan bakar menjadi US$0,5 per liter. Selain itu, cash cost diperkirakan akan mengalami penurunan menjadi US$43/ton atau turun 14% YoY pada 2016," paparnya.
Ia menargetkan jumlah produksi tahun ini hanya 26,9 juta ton, dengan volume penjulan 28 juta ton. Meskipun akan mengalami penurunan marjin keuntungan, ITMG akan tetap membukukan laba bersih positif hingga 2016.
"Sampai saat ini, ITMG merupakan perusahaan yang komit dengan pembagian dividen. Kami memberikan rekomendasi hold atas ITMG dengan target harga Rp8.800 per saham dengan PE 6,89x dan PBV 0,83x," paparnya
sumber:IMQ |
Jumat, 17 Juni 2016 05:50 |
Merger dilakukan perseroan agar likuiditas saham meningkat dan menarik di mata investor.
Mayoritas saham properti hari ini Jumat 17 Juni 2016 bergerak naik seiring sentimen positif penurunan batas uang muka rumah yang diumumkan Bank Indonesia. Namun, harga saham tiga perusahaan properti milik Ciputra melompat lebih tinggi dibandingkan emiten lainnya di industri sama, karena berita rencana pemegang saham untuk menggabungkan ketiganya.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) dan PT Ciputra Property Tbk (CTRP) diberitakan akan melebur menjadi satu emiten. Kelak, hasil peleburan itu menggunakan entitas CTRA. Langkah ini dilakukan perseroan agar likuiditas saham meningkat dan lebih menarik di mata investor.
Menanggapi isu ini, saham milik CTRA yang merupakan induk dari perusahaan-perusahaan properti milik Ciputra itu naik 8,2 persen hingga penutupan sesi pertama perdagangan siang ini menjadi Rp1.495.
Posisi bid di CTRA mencapai kalah dibandingkan offer dengan 112 ribu lot sedangkan jumlah offernya mencapai 194 ribu lot. Hingga berita ini dikeluarkan saham CTRA telah dipergadangkan hingga 669 ribu lot dengan valuasi Rp101 miliar.
Sementara itu, saham CTRS mengalami lonjakan luar biasa, dengan kenaikan 16,6 persen ke Rp2.530. Jumlah bid dan offer di saham CTRS juga relatif seimbang dengan 24 banding 23 ribu. Saham CTRS telah diperdagangkan sebanyak 124 ribu lot dengan valuasi Rp30 miliar.
Saham CTRP menjadi saham Ciputra Group yang meluncur paling tinggi dengan kenaikan 19,5 persen. Saham CTRP melonjak ke Rp705 pada jeda siang ini. Jumlah antrean beli untuk saham CTRP hampir dua kali lipat antrean jual. Angka bid untuk saham CTRP mencapai 181 ribu lot sedangkan offer mencapai 84 ribu lot
Sumber: bareksa |
Selasa, 14 Juni 2016 04:28 |
Seiring dengan langkah pemerintah dalam menggenjot investasi melalui berbagai deregulasi, proses perizinan investasi pun lebih mudah dan lebih cepat. Terlebih Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga sudah meluncurkan program Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) untuk melengkapi paket kebijakan pemerintah itu. Salah satu perusahaan pengelola lahan industri yaitu PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) mencatat adanya peningkatan investor yang berminat pada lahan industrinya. (Baca juga: Benarkah Program KLIK BKPM Sudah Dirasakan Kawasan Industri?)
Lantas apakah ini akan berimpak positif pada saham perusahaan pengelola kawasan industri seperti BEST, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), PT Modernland Realty Tbk (MDLN) dan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS)?
Sejak awal tahun, harga saham perusahaan pengelola kawasan industri masih tertekan karena sepanjang kuartal pertama 2016 membukukan pertumbuhan pendapatan yang negatif. Year-to-date saham BEST ambrol 8,14 persen, saham DMAS menyusut 4,19 persen, hanya saham KIJA yang melonjak 14,17 persen.
Padahal pendapatan KIJA yang turun paling dalam sepanjang kuartal I-2016 ini yaitu anjlok 16 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Meskipun begitu laba KIJA melonjak 69 persen.
Grafik: Pertumbuhan Kinerja Emiten Lahan Industrial Kuartal I-2016
Sumber: IDX, Bareksa.com
Grafik: Pergerakan Saham BEST, DMAS, KIJA dan LPCK periode 1 Januari - 10 Juni 2016
Sumber: Bareksa.com
Rendahnya realisasi pendapatan tahun ini akibat pra penjualan tahun lalu yang tertekan pelemahan ekonomi. Perusahaan kawasan industri memang baru mencatat sebagai pendapatan sekitar satu tahun setelah pra penjualan. Mulai adanya kenaikan permintaan lahan industri tahun ini tentu akan memberi dampak positif bagi kinerja keuangan tahun depan. Melihat prospek itu maka saham perusahaan kawasan industri mana yang layak untuk dicermati investor?
Dengan menggunakan rasio harga saham dengan laba bersih per saham (PER/ price to earning ratio), PER perusahaan kawasan industri saat ini di bawah rata-rata PER historis yang dapat mengindikasikan valuasi saat ini relatif lebih murah, berdasarkan proyeksi analis yang dirangkum dalam website Bloomberg. Saham BEST, KIJA dan LPCK masing-masing diperdagangkan dengan rasio PER tahun 2017 hanya sebesar 7,8 kali, 6,1 kali dan 4,6 kali. (np)
Grafik: Pergerakan Saham BEST, DMAS, KIJA dan LPCK
Sumber: Bareksa.com dan Bloomberg.com
Sumber: bareksa.com
|
Minggu, 12 Juni 2016 23:22 |
Ditunjang oleh membaiknya daya beli masyarakat jika dibandingkan dengan tahun lalu dan lebih digenjotnya jaringan distribusi ‘General Trade’, kinerja bisnis PT Nippon Indosari Corpindo akan terdongkrak.
Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumihardja percaya ROTI masih mampu membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 20%, meskipun sampai sejauh ini belum ada indikasi dari pihak manajemen untuk menaikkan harga rata-rata penjualan (ASP).
Meningkatnya kontribusi General Trade (2016:27% vs 2015:24%), juga dapat menekan sales return (2016:12,5% vs 2015:13%).
Terlebih dengan didorong oleh harga komoditas gandum yang masih relatif rendah dan semakin mengetatnya persaingan bisnis tepung terigu di Indonesia, ia memprediksi gross profit margin tahun ini mampu bertahan pada level 53%.
"Kami juga yakin bahwa perusahaan masih mampu mendapatkan harga tepung terigu yang favourable seiring dengan masih rendahnya harga gandum dunia dan meningkatnya persaingan bisnis tepung terigu dalam negeri," papar Marlene dalam publikasinya dikutip IMQ.
Pada kuartal lalu, ROTI berhasil mencatatkan kinerja yang solid dalam tiga bulan pertama tahun ini dengan laba bersih meningkat sebesar 32,3%.
"Angka tersebut berada di atas ekspektasi kami dan konsensus (31% terhadap proyeksi total penjualan 2016)," urainya.
Ditunjang oleh berbagai katalis positif di atas, rencana ekspansi bisnis ke Filipina yang secara efektif mulai beroperasi tahun 2017 mendatang, kondisi neraca keuangan yang kuat (rasio likuiditas dan solvabilitas yang manageable), dan solidnya kinerja kuartal I lalu, kami menaikkan target harga menjadi Rp1.670 per lembar saham (TP sebelumnya: Rp1.500).
"Dengan potensi upside sebesar 16% dari harga saat ini, kami masih mempertahankan rekomendasi beli, sekaligus menjadikan ROTI sebagai salah satu top picks kami dalam sektor konsumsi," paparnya |
|
Jumat, 10 Juni 2016 00:00 |
Harga saham perusahaan pertambangan batubara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terus mengalami kenaikan pada perdagangan hari ini, 9 Juli 2016. Hingga pukul 3.02 WIB, saham ADRO telah naik 6,89 persen ke level Rp930 per saham.
Grafik Intraday saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), 9 Juni 2016
Sumber: Bareksa
Kenaikan harga saham ADRO bukan tanpa sebab. Selain sentimen pembangunan proyek pembangkit listrik PLTU Batang serta harga minyak dan komoditas global yang merangkak pulih, kenaikan ini juga didorong oleh pola teknikal yang menunjukkan penguatan harga yang terkonfirmasi sejak akhir bulan lalu. Tidak heran jika saham ADRO mengalami kenaikan harga hingga 31 persen dalam enam hari perdagangan sebelumnya (Baca juga: Harga Saham ADRO Lompat 31% Sepekan, Ini Pendorongnya).
Secara teknikal, saham ADRO terkonfirmasi membentuk pola inverted head and soulder. Pola ini umumnya mengindikasikan sebuah sinyal pembalikan (reversal) arah dari suatu saham yang mengalami tekanan jual sebelumnya.
Meski pola ini telah terbentuk sejak tanggal 22 April 2015 lalu, sinyal pembalikan arah baru terkonfirmasi pada akhir bulan Mei, dimana pergerakan harga saham ADRO mulai membentuk inverted shoulder pada sisi kanan.
Grafik Analisa Teknikal Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), 9 Juni 2016
Sumber: Bareksa
Kenaikan saham ADRO diperkirakan akan terus berlanjut, sebab kenaikan ini juga didukung peningkatan volume perdagangan sejak tanggal 2 Juni lalu yang volumenya di atas rata-rata. Selain itu, resisten yang menghubungkan dua peak shoulder telah berhasil dilewati pada perdagangan hari Selasa, 7 Juni lalu. Harga saham ADRO pun diperkirakan dapat terus melaju mencapai level harga Rp1.200 per saham.
Meski demikian, kenaikan ini diperkirakan akan tertahan dalam jangka pendek. Sebab, indikator Relative Strength Index (RSI) sudah mulai memasuki zona overbought.
Prospek Saham PTBA
Tidak hanya ADRO, saham batubara lainnya seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga telah mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan sejak awal tahun. Berdasarkan data Bareksa, saham PTBA telah mengalami kenaikan 76,24 persen ke level Rp7.975 per saham.
Didukung tren kenaikan, saham PTBA pun diperkirakan akan terus melanjutkan penguatannya. Secara teknikal, saham PTBA telah berhasil melewati garis resisten pola cup and handle.
Grafik Analisa Teknikal Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), 9 Juni 2016
Sumber: Bareksa
Secara teoritis, harga saham PTBA berpotensi menguat hingga ke level Rp11.500 dengan asumsi potensi kenaikan saham PTBA setelah breakout akan sama tingginya dengan tinggi dasar cup hingga puncak handle
Sumber: bareksa
|
Kamis, 09 Juni 2016 00:49 |
Harga saham perusahaan batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) telah membukukan lonjakan yang signifikan sejak akhir bulan lalu, seiring dengan transaksi oleh investor asing. Lonjakan saham 31 persen selama enam hari perdagangan itu terdorong oleh sentimen positif dari kepastian dana proyek pembangkit listrik yang diharapkan menjadi tumpuan perusahaan di masa depan.
Harga saham ADRO pada perdagangan Selasa 7 Juni 2016, ditutup pada Rp910, naik 30,9 persen dibandingkan penutupan pada 30 Mei 2016 di level Rp695. Level penutupan kemarin juga merupakan yang tertinggi dalam setahun terakhir ini di tengah lesunya pasar batu bara global.
Kenaikan harga saham ini juga ditopang banyaknya transaksi saham ADRO. Tercatat selama satu pekan terakhir ini, saham ADRO ditransaksikan hingga Rp487 miliar. Nilai tersebut masih lebih tinggi dibandingkan transaksi ADRO sepanjang bulan Mei 2016 yang mecapai Rp450 miliar.
Lima broker asing terpantau sebagai pembeli terbesar saham yang bergerak di bidang pertambangan tersebut. Merrill Lynch (ML) adalah pembeli terbesar pertama. ML memborong 467 ribu lot saham ADRO pada harga rata-rata Rp837 per saham.
Pembeli terbesar kedua adalah CIMB Securities (YU) yang melakukan pembelian sebanyak 433 ribu lot saham, pada harga rata-rata Rp803,6 per saham. Selama sepekan terakhir, nilai transaksi YU di saham ADRO mencapai Rp34,4 miliar.
Macquarie Capital (BK) juga terpantau menjadi pembeli terbesar berikutnya. BK memborong 353 ribu lot saham, senilai Rp31 miliar. Di posisi keempat dan kelima adalah Citi Group Securities (CG) dan Morgan Stanley (MS) dengan nilai transaksi masing-masing mencapai Rp29,4 miliar dan Rp16,5 miliar.
Grafik: Pergerakan Harga Saham ADRO 1 Mei 2016 - 8 Juni 2016
Sumber: Bareksa.com
Manajemen ADRO mengumumkan kesepakatan pembiayaan (Financial Close) untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2 x 1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang dilakukan pada 6 Juni 2016. PLTU itu dibangun oleh konsorsium Bhimasena Power Indonesia (BPI), yang 34 persen sahamnya dipegang oleh anak usaha perseroan PT Adaro Power.
Konsorsium BPI akan menerima pembiayaan proyek sekitar US$3,4 miliar dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan sindikasi sembilan bank komersial, yaitu: SMBC, BTMU, Mizuho, DBS, OCBC, Sumitomo Trust, Mitsubishi Trust, Shinsei dan Norinchukin.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengutarakan kegembiraan perseroan mencapai tahapan tersebut meski mengakui sempat ada keterlambatan pelaksanaan proyek. "Kami berharap proses selanjutnya dapat berjalan sesuai dengan rencana. Kami juga optimis dapat segera mencapai visi Adaro untuk menjadi grup perusahaan tambang dan energi Indonesia yang terkemuka serta mengembangkan salah satu dari penggerak pertumbuhan perusahaan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Bareksa pada hari ini 8 Juni 2016.
PLTU Batang 2X1000 MW merupakan proyek patungan Adaro Energy bersama dengan investor asal Jepang, J-Power dan Itochu. Proyek yang diklaim terbesar di Asia Tenggara senilai US$ 4 miliar tersebut telah menuntaskan perjanjian jual beli listrik dengan PLN selama 25 tahun
Sumber: Bareksa |
PT. Aneka Tambang, Tbk (ANTM) mengindikasikan kinerja full year 2010 (unaudited) yang cukup cemerlang dimana laba bersih tercatat naik 176% year-on-year menjadi sebesar Rp1,66 triliun dan laba operasi naik menjadi Rp1,99 triliun atau naik 238% year-on-year. Pencapaian yang gemilang ini berhasil dicatatkan karena naiknya harga jual rata-rata produk perseroan seperti ferronickel, nickel ore dan logam mulia, terutama pada kuartal terakhir 2010 serta pengeluaran yang terukur. Performa perseroan yang baik ini diperkirakan dapat berlanjut pada tahun ini mengingat harga rata-rata spot nickel di London Metal Exchange kuartal pertama 2011 masih lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
Produksi masing-masing produk Perseroan sepanjang 2010 adalah sebagai berikut: ferronickel sebanyak 18.688 ton (naik 49% year on year), logam mulia sebanyak 2.780 kg (naik 6%) dan nickel ore sebesar 7 metrik ton (naik 20% year on year). Tambahan produksi emas dari tambang Cibaliung turut menaikkan perolehan pendapatan Perseroan. Namun dari sisi pendapatan, Perseroan hanya mencatat pertumbuhan yang tipis karena Perseroan memutuskan untuk menghentikan trading logam mulia di awal 2010 untuk menurunkan risiko fluktuasi harga. Pengoperasian pabrik FeNi I, FeNi II dan FeNi III, juga mendorong volume produksi feronikel naik 49% menjadi 18.688 ton. |
PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) telah melaporkan peningkatan laba bersih pada Q1 2010 naik 183,64% karena pendapatan yang lebih tinggi dan laba selisih kurs. Laba bersih sebesar Rp246.48 miliar atau Rp77.37 per saham dibandingkan dengan rugi bersih Rp294.69 miliar atau Rp85 per saham di Q1 2009. Pendapatan naik 32,76% dari Q1 2009 Rp1.74 triliun menjadi Rp2.31 triliun pada tahun 2010. Perusahaan membukukan laba forex Rp77.37 milyar di Q1 2010 dibandingkan periode yang sama rugi forex dari Rp141.15 miliar. Laba kotor Gajah Tunggal naik dari 216,8 miliar menjadi Rp 460,8 miliar. Laba operasional naik dari Rp74.19 miliar pada Q1 2009 menjadi Rp 315.53 miliar di Q1 2010. Sementara, beban bunga Gajah Tunggal menyusut 42,08% dari Rp141.14 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp81.76 miliar pada Q1 2010. Hal ini menunjukkan kinerja operasional yang mengesankan. Margin keuntungan operasi, menunjukkan, kenaikan dari 4,27% pada Q1 2009 menjadi 13.63%. Gajah Tunggal, mencatat beban bunga yang lebih rendah.
|
Selanjutnya...
|
|
|
<< Mulai < Sebelumnya 1 2 Berikutnya > Akhir >>
|
Halaman 1 dari 2 |
|
|