Arah IHSG Kedepan PDF Cetak E-mail
Jumat, 04 Juni 2010 08:33

What’s Goin On

Krisis Yunani nampaknya belum tertangani secara utuh, walau mereka telah melakukan pemotongan deficit anggaran dengan berbagai macam penghematan dalam negeri. Krisis ini membuat kekuatiran investor semakin meningkat, setelah Lembaga rating internasional Fitch menurunkan rating Spanyol dari AAA menjadi AA+ dengan outlook stabil, Jumat 28/5. Fitch menurunkan rating sehari setelah Negeri Matador itu mengumumkan pemotongan anggaran € 15 miliar. Sebetulnya penurunan rating ini karena pemerintah Spanyol memfokuskan diri untuk pemulihan ekonomi.  Namun sentiment ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang isu-isu utang-zona euro.

Investor beranggapan setelah Yunani kemudian ada ancaman dari Spanyol, Portugal, dan Irlandia.  

 

Mengapa ini menjadi kekuatiran investor?. Karena fakta ini akan meredam proses pemulihan ekonomi global. Belanja pemerintah-pemerintah Eropa tentu akan semakin berhati-hati, yang berarti menahan pertumbuhan ekonomi. Kedua, krisis Yunani dan penurunan rating Spanyol menjadi sinyal meningkatnya resiko di kawasan Eropa, sehingga aliran dana dan kredit akan sangat berhati-hati. Kedua hal ini akan menghambat arus lalu lintas barang, jasa dan keuangan dari dank  e kawasan ini, yang pada gilirannya bergeser pada perlambatan ekonomi global.

 

Indikator manufaktur di wilayah euro turun menjadi 55,8 Mei dari bulan sebelumnya 57,6, atau di bawah perkiraan awal 55,9 dirilis pada 21 Mei. Indikator ini menjadi acuan awal bahwa mulai adanya perlambatan ekonomi.

Sementara itu di China, setelah kebijakan pengetatan kredit untuk sector property dan kehati-hatian pemerintah atas isu Eropa, terjadi perlambatan indicator manufaktur. Index Purchasing Managers China menunjukan perlambatan  manufaktur China pada bulan Mei.  Index ini merosot ke 53,9 dari 55,7 pada April. Ini lebih rendah dari perkiraan rata-rata sebesar 54,5 dalam survei Bloomberg News dari 18 ekonom.

Survei menunjukkan bahwa pertumbuhan di manufaktur Cina telah melambat menekankan bahwa produsen Asia dan eksportir tetap rentan terhadap memudarnya permintaan dari Eropa dan tempat lain

Perlambatan manufaktur China ini juga berpengaruh terhadap tekanan harga komoditi dasar dan komoditi lainnya, setelah sebelumnya dipengaruhi kondisi kawasan Eropa.

Di Amerika, indeks manufaktur juga jatuh jatuh ke level 59,7  pada Mei dari 60,4 pada April. Angka tersebut lebih baik dari perkiraan ekonom 59, yang dirilis oleh Institute for Supply Management. Tetapi ini menjadi warning bagi proses pemulihan AS, pasca krisis tahun 2008.

Walau data-data penjualan rumah dan mobil serta data tenaga kerja, masih cukup baik, tetapi pasar belum yakin atas kelanjutan proses pemulihan tersebut.

Pasar global secara umum, masih focus pada perkembangan tahap per tahap dari proses penyelesaian krisis di Yunani dan kawasan Eropa lainnya.

Diluar factor fundamental ekonomi tersebut, pergerakan factor geopilitik kawasan Timur Tengah, Korea Selatan dan Utara, lalu factor politik dalam negeri Jepang, Jerman, Inggris dan Thailand ikut menjadi pengereman belanja investor di pasar uang dan asset beresiko.

 

 

IHSG

Di Indonesia, pernyataan pemerintah bahwa krisis Eropa belum berpengaruh terhadap Indonesia, karena ekspor Indonesia ke Eropa hanya sekitar 14%, tidak ditanggapi pasar. Tetapi justru ditengah keputusan Dewan Gubernur BI yang tidak mengubah suku bunga acuan 6,5% serta inflasi tahun kalender sebesar 1,44% dan yoy pada bulan Mei 4,1%, IHSG sedikit demi sedikit meningkat dan berhasil kembali menembus level 2.800 kembali. Kurs Rupiah kembali relative stabil pada kisaran Rp. 9.185an, setelah sempat pada level Rp. 9.350an pada minggu ketiga Mei.

Namun, cadangan devisa RI telah turun sekitar US$ 4 miliar, dari level US$ 78,6 miliar pada 31 April menjadi US$ 74,6 miliar pada 31 Mei 2010. Jelas ini menunjukkan adanya capital outflow pada periode tersebut. IHSG sempat turun sekitar 16,5% pada periode 4 Mei – 25 Mei dari level tertingginya 2.996 ke level terendahnya 2.502, sebelum akhirnya naik menembus level 2.810 pada 3 Juni 2010. (grafik terlampir di PDF file)

 

 

Dari grafik diatas terlihat bahwa IHSG telah mengalami kenaikan sebesar 140,7% sejak awal Maret 2009 dari level 1.245 menjadi 2.996 pada tanggal 4 Mei 2010. Pengaruh krisis Yunani telah menggerus IHSG sebesar 16,5% dari level tersebut ke level 2.502. Kemudian, telah terjadi rebound sekitar 12,3% dari level 2.502 menjadi 2.810 pada tanggal 3 Juni 2010. Hal ini menunjukkan bahwa minat beli investor pada saham-saham unggulan di BEI masih cukup besar.

Arah IHSG

Beberapa momentum yang berpengaruh pada gerakan IHSG, yang terdekat adalah pembagian deviden dan kinerja semester I 2010 dari emiten, tetapi pesta world cup 11 Juni -11 Juli 2010, juga akan menekan perhatian investor pada pasar saham.

 

Setelah IHSG berhasil kembali berada pada level sekitar 2700, maka level ini telah mengembalikan IHSG pada pola Uptrend Channel. Hal ini selanjutnya memungkinkan IHSG menuju level 2.900, sebelum kembali mencoba menembus level 3.000an. Hanya saja, perkembangan factor fundamental global masih perlu mendapat perhatian investor untuk mendukung arah IHSG tersebut. (grafik Terlampir di PDF file)

Saham-saham sector perbankan, saham BUMN, otomotif, consumer dan sebagian property menjadi focus investor pada beberapa pekan kedepan.

 

Attachments:
FileDeskripsiFile sizeTerakhir Diubah
Download this file (Pasar Terkini.pdf)Pasar Terkini.pdf 103 Kb06/04/10 08:43